Papilio Jelajah Tangkahan (3): Tracking dan Tubing

Tangkahan adalah kawasan hutan bak surga yang tersembunyi di Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Kami, dari keluarga Papilio, sebuah komunitas sekolah rumah atau homeschooling  (HS) di Medan, mengadakan fieldtrip ke sana.

Setelah puas bersenang senang dengan gajah kemarin, hari ini kami akan menjelajah tangkahan dengan kegiatan tracking dan tubing. Tracking adalah kegiatan jelajah alam lewat jalan darat, berjalan kaki menyusuri pinging-pinggir sungai, merasakan kesejukan udara, menyatukan tiap langkah kaki dengan bumi yang kita pijak, dan merasakan betapa kecilnya kita di alam luas. Sedangkan tubing adalah kegiatan jelajah alam lewat jalur sungai menggunakan ban dalam truk yang dipompa. Peserta tubing merasakan betapa aliran air menyatukan mereka dengan alam, melihat hutan dengan sudut pandang yang berbeda, dan juga merasakan Maha BesarNyaTuhan.

Tidak semua keluarga Papilio mengikuti dua kegiatan, tracking dan tubing sekaligus, karena jalurnya berbeda. Kami masing-masing hanya mengikuti satu dari dua kegiatan itu. Kami dibagi menjadi dua rombongan, yaitu rombongan tracking dan tubing. Saya berada dalam rombongan tracking.

image
Jalur tracking dan tubing.

Saya dan keluarga Papilio di rombongan tracking, memulai perjalanan bersama seorang guide (pemandu perjalanan). Kami harus naik mobil ke lokasi awal tracking sekitar 5 menit. Jalur tracking mengambil arah ke area parkiran di dekat Visitor Centre. Dari situ kami berjalan menuju sebuah jembatan gantung yang terbuat dari kayu. Namanya Balu’s Bridge (jembatan Balu). Untuk melewati jambatan ini dikenakan biaya Rp5.000,00/orang.

Balu's bridge
Balu’s Bridge.

Balu’s Bridge adalah jembatan sepanjang kurang lebih 50 meter. Lebarnya kurang dari 1 meter. Jembatan hanya boleh dilalui oleh maksimal 6 orang. Jika dari arah berlawanan ada yang menyebrang, kita harus menunggu sampai mereka mendekat ke tempat kita berada, baru kita bisa maju untuk menyeberang.

Bagi saya, jembatan ini sepertinya aman. Tapi, saat berada di tengah jembatan, kaki saya seperti berat untuk melangkah. Phobia (ketakutan) ketinggian saya mulai muncul. Tidak mudah melawan rasa itu, rasa gamang dan tidak yakin. Padahal sebelumnya saya yakin bisa melewati jembatan.

Saya mencoba berkonsentrasi dan berpegangan pada besi di samping kanan kiri jembatan. Saya berusaha tidak melihat ke bawah. Wow, saat saya melakukan itu, pemandangan eksotis terpampang dari atas jembatan. Saya memberanikan diri untuk mengabadikan keindahan sungai dari atas jembatan, walau dengan kaki gemetar. Sempat terasa jembatan seperti oleng. Orang-orang yang lewat menyebabkan jembatan bergoyang. Secepatnya saya melangkah, dan akhirnya sampai juga di ujung jembatan. Saya lega. Sensasi melalui Balu’s Bridge benar-benar memacu adrenalin.

Perjalanan kami lanjutkan melewati kebun-kebun milik penduduk, ada pohon jeruk nipis, nanas, dan durian. Suasana asri mengiringi perjalanan kami. Selain kebun, banyak penginapan dengan suasana hutan di sekitar kami. Tak lama berjalan, kami tiba di sumber air panas (hot spring), di tepi Sungai Buluh. Disini kami berjumpa dengan rombongan tubing. Kami beristirahat sejenak.

Sumber air panas yang kami temui berupa sebuah goa yang di dalamnya mengalir air panas. Goanya cukup besar, sehingga kami bisa berbaring dan merendam tubuh di aliran air panas alami ini.

tracking
Perjalanan tracking.

Tujuan kami selanjutnya adalah Air Terjun Pijat. Kami menyusuri pinggiran sungai dan tiba di tujuan. Air Terjun Pijat masih berada di aliran Sungai Buluh. Air terjun ini tidak terlalu tinggi, namun air jatuhannya cukup keras. Jika kita berada di bawahnya, tubuh kita terasa dipijat-pijat oleh air yang jatuh. Itulah sebabnya tempat ini diberi nama Air Terjun Pijat.

Rombongan tubing rupanya sudah lebih dahulu sampai di Air Terjun Pijat dan sudah melanjutkan perjalanan menuju Air Terjun Glugur. Kami tidak melanjutkan perjalanan ke Air Terjun Glugur. Tracking berakhir di Air Terjun Pijat.

Di sini, kami dan anak-anak bermain air dan berenang di Sungai Buluh. Setelah puas main air kami memutuskan untuk pulang. Ternyata jalur pulang, saya harus melewati Balu’s Bridge lagi. Alamak, saya bakal sport jantung lagi. Hahaha 😀 Mau tidak mau saya harus berani melaluinya.

Bagaimana ya dengan kelompok tubing? Mereka juga bersenang-senang.

Tubing hampir sama dengan rafting. Bedanya, kalau rafting menggunakan perahu karet, tubing menggunakan ban dalam truk yang dipompa.

Rombongan tubing
Rombongan tubing.

Wah, rombongan tubing sangat bersemangat, apalagi anak-anak. Mereka sangat antusias dengan jaket pelampung di badan. Benar-benar anak-anak pemberani.

Perjalanan tubing ditemani juga oleh guide. Arus sungai yang akan mereka arungi tidak terlalu deras. Meskipun demikian, setiap peserta tubing wajib menggunakan pelampung demi keselamatan. Safety always comes first, keselamatan adalah hal yang utama. Tak lupa, mereka juga membawa bekal makanan.

Jalur perjalanan rombongan tubing adalah sumber air panas-Air Terjun Pijat-Air Terjun Glugur-menuju finish lewat jalan darat (naik truk pengangkut sawit). Jadi, rombongan tubing melewati dua tempat yang sama dengan rombongan tracking, yaitu sumber air panas dan Air Terjun Pijat.

Dari air terjun Pijat, rombongan tubing bertemu dengan simpang Sungai Buluh. Tiba di simpang Sungai Buluh, tubing ditambatkan. Mereka berjalan ke hot spring lalu turun ke air terjun Pijat, kembali ke simpang, naik tubing lagi, kemudian melanjutkan perjalanan ke Air Terjun Glugur.

tubing
Kegiatan tubing.

Air Terjun Glugur lebih tinggi dan lebih besar dibanding dengan air terjun Pijat. Rombongan tubing beristirahat sejenak sambil menyantap perbekalan. Setelah puas 3 jam bermain di Glugur, mereka kembali ke penginapan naik truk sawit dalam keadaan basah kuyup, lelah, dan senang luar biasa.

Pengalaman menjelajah alam di Tangkahan sangat berkesan di hati kami semua. Selain melatih mental dan spiritual, anak-anak juga melatih fisik agar kelak menjadi anak-anak yang tangguh.[]

Kontributor : Wilda Syafrianty

Papilio Jelajah Tangkahan (2): Bersenang-senang dengan Gajah Tangkahan

Tangkahan adalah kawasan hutan bak surga yang tersembunyi di Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). Kami, dari keluarga Papilio, sebuah komunitas sekolah rumah atau homeschooling  (HS) di Medan, mengadakan fieldtrip ke sana.

Kami mengunjungi satu ikon Tangkahan, yaitu tempat penangkaran gajah Sumatra. Penangkaran adalah tanah luas yang dikelilingi pagar listrik. Kami masuk ke penangkaran dan mengamati gajah-gajah itu.

Suasana penangkaran gajah
Suasana penangkaran gajah Tangkahan.

Gajah di Tangkahan difungsikan untuk turut membantu usaha konservasi alam di kawasan TNGL. Mereka digunakan untuk berpatroli mengamankan hutan dari pembalak liar serta pemburu. Gajah mampu membelah sungai dengan kaki-kakinya yang tegap saat berpatroli. Terkadang gajah juga dapat mengantar turis yang ingin menjelajah Tangkahan.

Naik Gajah
Gajah Tangkahan membelah sungai dengan kaki-kakinya yang tegap.

Saat waktu mandi gajah tiba, gajah-gajah berbaris rapi. Para mahout (pelatih gajah) memberi aba-aba saat menggiring mereka menuju sungai Batang Serangan untuk mandi. Kami sungguh takjub dapat berbaur dan berjalan beriringan disamping hewan besar ciptaan Tuhan ini. Sungguh momen yang jarang terjadi.

Ketika gajah-gajah itu mandi, anak-anak sibuk mengambil sikat yang dibagikan dari abang-abang senior mahout. Mereka ikut memandikan gajah. Ada anak yang takut-takut. Ada yang langsung menyentuh gajah. Ada yang langsung saja menyikat gajah, bahkan duduk diatas perut gajah sambil menyikat. Hahaha. 😀

“Ihh…kulitnya kasar ya, Bun, tebal lagi,” kata salah seorang anak.

Kegiatan memandikan gajah
Kegiatan memandikan gajah.

Selesai mandi, sebagian gajah pulang ke kandangnya dan yang lain tetap tinggal. Gajah-gajah yang kembali ke kandang adalah induk gajah yang mempunyai baby (anak gajah). Saya ingin sekali menyentuh dan bermain bersama anak gajah yang mungil dan menggemaskan itu. Tapi, menurut para mahout kita harus berhati-hati terhadap anak gajah.

“Lho, kenapa Pak?” tanya saya kepada salah satu mahout.

“Anak gajah suka bermain. Kalau tak sengaja terdorong, dia akan membalas mendorong. Kadang ia menyeruduk pula,” demikian penjelasan pak mahout.

Setelah selesai memandikan gajah, giliran kami yang dimandikan gajah. Para gajah menyemprotkan air dari belalainya beberapa kali. Anak-anak tertawa dan menjerit senang.

Selain memandikan gajah, anak-anak diberi kesempatan memberi makan gajah. Gajah makan buah-buahan dan pelepah sawit. Pelepah-pelepah sawit diperoleh dari sekitar penangkaran dan diangkut ke kandang oleh gajah-gajah itu juga. Sungguh gajah hewan yang rajin dan cerdas, mampu mengangkut kebutuhan makannya sendiri ke kandang.

Kami mengakhiri acara memandikan gajah dengan berfoto bersama gajah. Hal yang tak kalah luar biasa adalah gajah-gajah itu pandai berterima kasih. Mereka memberikan salam penghormatan dengan gaya yang keren sekali, sebagai tanda terima kasih. Kami sungguh senang.

Kesenangan kami berlanjut. Kami bisa naik gajah-gajah itu. Anak-anak sangat riuh dan bersemangat. Saya pun ikut naik gajah. Naik gajah seperti naik perahu yang terombang-ambing. Sensasinya menyenangkan. Selesai naik gajah, rombongan kami pun kembali ke penginapan.

Naik gajah
Naik gajah.

Dari gajah, kami belajar banyak hal. Kami belajar tentang pentingnya berterima kasih, tentang memanfaatkan kekuatan untuk tujuan memelihara alam, tentang bersahabat, tentang bersenang-senang dengan cara yang baik.

Perjalanan kami berlanjut esok harinya, yaitu jelajah Tangkahan melalui kegiatan tracking dan tubing. Tracking dan tubing tak kalah serunya dengan aktivitas bersama gajah. Yuk, ikuti kami.[]

Kontributor: Wilda Syafrianty

Papilio Jelajah Tangkahan (1): The Hidden Paradise

Dunia adalah sebuah buku, dan saya senang membacanya.

Sebaik-baik buku adalah memuat bacaan yang menginspirasi dan kita menikmatinya. Dunia ini adalah sumber bacaan, yang meskipun tidak tertulis, tapi sungguh adalah buku terbaik.

Kami, Keluarga Papilio, sebuah komunitas sekolah rumah atau homeschooling (HS) di Medan, membaca dan menikmati kawasan Tangkahan melalui kegiatan fieldtrip, Papilio jelajah Tangkahan. Apa yang menarik dari Tangkahan? Bagaimana anak-anak HS Papilio ini belajar? Apa saja yang dapat dipelajari di Tangkahan? Ayo, menjelajah Tangkahan bersama kami.

Keluarga Papilio
Keluarga Papilio.

Tangkahan terletak di Kabupaten Langkat, Sumatra Utara, diapit oleh dua desa dan dua sungai. Dua desa itu adalah Desa Namo Sialang dan Desa Sei Serdang. Sedangkan dua sungainya yaitu Sungai Buluh dan Sungai Batang Serangan.

Tentang Sungai Batang Serangan, air sungai sebenarnya jernih kehijau-hijauan. Warna hijaunya merefleksikan warna-warni pohon di hutan Tangkahan. Tetapi saat kami datang, sungai berwarna coklat. Hal itu karena hujan yang terus menerus turun dalam beberapa hari. Air hujan membawa tanah yang coklat dan mengalir ke sungai.

Alam asri tangkahan
Air sungai berwarna coklat karena hujan yang turun terus menerus membawa tanah ke aliran sungai.

Tangkahan berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Leuseur (TNGL). TNGL tadinya adalah tempat terjadinya illegal logging, penebangan kayu liar. Di sini, kami belajar kalau illegal logging dapat merusak ekosistem. Dengan usaha dan kerja keras masyarakat lokal, illegal logging akhirnya hilang.

Perjalanan dari Medan ke Tangkahan memakan waktu 3-4 jam naik mobil. Sepanjang perjalanan, kami melewati perkebunan sawit. Kondisi jalanan berbatu dan tanah merah. Sesekali hujan turun. Hal ini membuat akses jalan menuju ke Tangkahan menjadi becek dan licin. Kami harus ekstra hati-hati mengendarai mobil. Anak-anak merasa kelelahan dan tidak sabar untuk segera sampai di lokasi.

Pertama kali tiba di Tangkahan, kami disuguhi pemandangan indah kupu-kupu yang beragam, bak berada di surga kupu-kupu. Kami belajar kalau kupu-kupu selain indah, juga merupakan indikator bahwa alam Tangkahan masih terjaga kelestariannya, ekosistemnya seimbang, dan udaranya sehat.

kupu-kupu
Surga kupu-kupu.

Panorama hutan Tangkahan sangat luar biasa. Selain surga kupu-kupu, kami menikmati pemandangan pohon-pohon hijau berjajar, sungai-sungai membentang, air terjun, goa, lembah, bukit, dan tumbuhan hutan tropis. Inilah anugerah ciptaan Tuhan. Kami belajar bersyukur dengan cara menjaga kelestariannya.

Air Terjun Tangkahan
Air terjun Tangkahan.

Hal yang tak kalah menarik adalah adanya penangkaran gajah. Di tempat penangkaran gajah ini, kami memandikan gajah, menunggang gajah melintasi sungai, dan belajar banyak hal tentang gajah. Kegiatan ini tidak ditemui di tempat lain. Jadilah gajah menjadi ikon Tangkahan.

Kegiatan memandikan gajah
Kegiatan memandikan gajah.

Puas belajar tentang gajah, kami menjelajah Tangkahan dengan berkegiatan tracking dan tubing. Tracking adalah kegiatan menjelajah alam dengan berjalan kaki, sedangkan tubing adalah menjelajah alam dengan kendaraan unik, yaitu ban dalam truk yang dipompa.

Treking
Tracking
Tubing
Tubing

Alam yang masih asri dan indah, keanekaragaman flora dan fauna, dipadu dengan udara segar, Tangkahan layak diberi julukan “The Hidden Paradise”, surga tersembunyi, karena dengan keunikan alamnya ini, hanya sedikit yang mengetahuinya. Tak terasa segala lelah menempuh perjalanan menuju Tangkahan. Sungguh Tangkahan adalah surga yang nyata.[]

Kontributor: Wilda Syafrianty

Architecture For Kids

Hari Minggu, 28 Februari 2016, Afra dan Hegel ikutan acara Architecture For Kids. Acara ini diselenggarakan di Living World, Alam Sutera Tangerang, dan dipandu oleh kakak-kakak calon arsitek dari Universitas Indonesia. Apa saja tujuan dan kegiatan acara ini?

Kegiatan Architecture For Kids bertujuan untuk memperkenalkan dunia arsitek kepada anak-anak usia SD (Sekolah Dasar). Seorang arsitek adalah seorang yang menciptakan solusi bagi permasalahan pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Dalam ranah apa sajakah solusi pemenuhan kebutuhan hidup oleh seorang arsitek dapat diciptakan?

Afra, Hegel, dan teman-teman satu kelompok memulai kegiatan dengan memetakan apa saja kebutuhan manusia. Kebutuhan hidup manusia berawal dari kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Dari kebutuhan awal tersebut, muncullah beragam kebutuhan lainnya.

architecture
Peta kebutuhan manusia.

Selanjutnya, dari peta kebutuhan tersebut, seorang arsitek menciptakan desain tempat bagi kemudahan pemenuhan kebutuhan tadi. Desain tempat harus selaras dengan lingkungan. Afra, Hegel, dan teman-temannya mendesain beragam tempat dengan menggunakan barang-barang bekas. Mereka mendesain “Kota Lestari”.

architecture1
Kota Lestari karya Afra, Hegel, dan teman-temannya.

Sebagai penutup, “Kota Lestari” karya mereka dipresentasikan. Semoga belajar hari ini dapat memberi manfaat dan menjadi penguatan bahwa seorang anak terlahir untuk menciptakan solusi.

IMG_20160228_165438
Presentasi hasil kegiatan Architecture For Kids.

Tiap anak adalah satu mata rantai generasi. Betapa berharganya mereka sebagai penyambung peradaban. Setiap peradaban punya tantangan masing-masing. Semoga semua anak adalah pencipta solusi dari masalah dan menjadi sebaik-baik manusia. []

Tentang Buku dan Anak

PhotoGrid_1439038276966

Belakangan ini banyak buku premium, terutama untuk anak, ditawarkan. Buku-buku ini biasanya berbentuk ensiklopedia dengan berbagai perangkat bawaannya, misalnya pena membaca, ada pula berbentuk permainan. Cukup menggiurkan bagi saya, apalagi kalau kita menyaksikan penawaran buku ini langsung di acara pameran misalnya.

Saya perhatikan, untuk soal kualitas bahan, tidak heran buku ini dibuat baik, apalagi dengan harganya yang cukup mahal. Untuk kualitas isi, saya ga tahu pasti untuk semua produk, tapi kebetulan saya ga lama ini beli satu produk (satu2nya, dan mungkin pertama dan yang terakhir saya ga tahu) dan agak kecewa karena isinya ada yang gak “up to date”, dengan harganya yang wow gitu kan, info 10 tahun yang lalu ga di update.

Untuk emak-emak cermat seperti saya (ehem… uhuk2…), pertimbangan harga boleh dibilang hal yang paling sensitif. Walau ada fasilitas cicilan saya masih pertimbangkan, “worthed” ga? Pertimbangan harga dengan isi, seimbang ga? Apakah tidak ada pengganti buku yang lain dengan harga lebih rasional tapi manfaatnya sama atau bahkan lebih banyak?

Sambil jalan, saya sering mengunjungi kios buku bekas, pameran buku (biasanya di supermarket suka ada bazar yang kasih diskon lumayan gede) dan toko buku online. Saya coba membeli buku yang sekiranya menarik dan cocok untuk anak. Sesuaikan dengan umur dan minat anak.

Berdasarkan pengalaman saya, buku itu bermanfaat atau tidak bukan dilihat dari harganya, tapi dibaca atau nggak-nya. Buku mahal atau murah kalau tidak dibaca hanya menjadi onggokan kertas.
Terkait minat baca, anak-anak itu peniru ulung, cukup berikan teladan, kemudian kondisikan. Anak tidak pernah bertanya apakah bukunya mahal atau murah, tapi anak akan menyeleksi sesuai minatnya. Anak pecinta kereta, akan senang sekali bila dibacakan buku tentang kereta, karena itu mulailah dari tema-tema yang memang disukai anak, kemudian dengan sendirinya tema-tema itu berkembang dan tanpa disadari anak melahap semuanya. Sesekali, saya ajak anak menentukan bukunya sendiri, kemudian hargai pilihannya. Itu akan sangat memotivasinya untuk mencoba jenis buku yang lainnya. Di waktu yang lain, saya berikan rekomendasi bacaan kepadanya, dan membacakan buku-buku untuk menarik minatnya.

Buku yang menjadi prioritas saya untuk diberikan adalah buku tentang pembentukan karakter anak. Buku itu menggambarkan keseharian anak, bagaimana ketika berkumpul dan bermain dengan teman, bagaimana menghadapi masalah, mengelola emosi dlsb. Selain itu buku-buka pengetahuan umum maupun sains. Adakah? Banyak! tinggal pilah pilih saja sesuai kemampuan dan budget yang ada. Kalau saya rekomendasi buku Franklin, untuk sains dan matematika, saya pilih ilmuwan cilik dan Genius Matematika. Ceritanya ringan tapi berisi. Hegel sih suka banget.

Tapi ya itu lagi, intinya sih dibaca, jangan lupa orang tua yang pertama memberi teladan 🙂

Sunat

image

Hari ini abang dan om sunat. Tampak wajah lelah setelah adegan drama di rumah sakit tadi 😀
Awalnya abang ga menangis terlalu, tapi setelah melihat bundanya… Haduhhh… Anak kesayangan bunda, jagoan… Kalau ada bunda kok jadi manja.
Sepertinya yang belum siap abang menjadi dewasa bundanya nih.
Masih teringat abang waktu bayi. Dari awal saya selalu berdoa memiliki anak yang tidak memberatkan, bisa menjadi penyejuk mata dan hati. Abang adalah jawaban doa-doa bunda.

Selamat ya bang, sudah berhasil dengan sukses melewati satu tahapan menuju kedewasaan. Ini adalah perintah agama, dan dengan keikhlasan ini semoga abang makin dicintai oleh Allah.
I love you my grown up baby

Filosofi Merajut

Sekitar dua minggu ini saya belajar merajut (otodidak lihat YouTube). Dulu sekali pernah diajari membuat rantai dan tusuk batang oleh nenek. Tapi sudah lebih dari 10 tahun yang lalu. Kini kecanggihan teknlogi membuat kita mudah mencari informasi. Salah satunya teknik merajut. Ternyata setelah kurenungkan, aktivitas ini memiliki makna mendalam.

Awal belajar memegang haken (jarum rajut) dan menempatkan benang pada jari, sama seperti bayi yang baru belajar memegang sendok untuk makan, tangan ini begitu kaku. Saya seperti anak yang baru belajar memegang pinsil untuk menulis. Kerja keras dan keinginan untuk berhasil (apalagi ketika melihat karya orang lain yang bagus) membuat saya tidak menyerah untuk melanjutkan. Pengalaman ini mengingatkan saya pada perjuangan seorang pembelajar. Sekecil apapun prosesnya, umurnya, dampaknya, belajar itu sebuah proses yang tidak mudah. Kewajiban saya adalah menghargai sang pembelajar karena pembelajar telah berhasil menyingkirkan hambatan yang ada pada dirinya untuk bisa menguasai satu pengetahuan. Kemudian kulihat anak-anakku yang sedang belajar memegang sendok dan lainnya belajar menulis, pembelajar cilik yang menularkan sikap “pantang menyerah”-nya pada saya.

Merajut tidak hanya soal teknik, merajut itu kesabaran dan ketekunan. Itulah yang paling berat (bagi saya). Konsistensi. Apa jadinya ketika emosi tetap merajut? Hitungan rajutan salah, bentuk rajutan tidak konsisten.

Merajut ini kehati-hatian. Sangat mungkin ketika sudah merajut begitu jauh, baru kita sadari hitungan kita salah. Kadang bisa diakali, tapi umumnya kita harus mengulang lagi dari tempat yang salah itu, artinya lepas rajutan. Usaha yang begitu besarnya sirna akibat kesalahan kecil karena kurang hati-hati. Dengan merajut kita menghargai hal kecil.

Sebuah proyek rajutan bisa jadi terlihat tidak berarti di awal, dan baru kita pahami tujuannya di akhir. Bahkan rajutan yang sederhana ketika digabungkan bisa menjadi sebuah maha karya. Jadi jangan mudah menghakimi. Itu yang kupelajari.

Alternatif Berlatih Menulis

Ayah Afra punya software Comic StripIt di hp androidnya. Afra iseng nyoba-nyoba. Dia pilih beberapa gambar dan menuliskan sesuatu untuk gambar tersebut.

image
Software Comic StripIt

Setelah liat hasilnya, saya jadi terpikir kalau kegiatan ini bisa jadi satu cara lain untuk mengungkapkan ide terhadap sesuatu dan menuliskannya. Inilah hasilnya.

image
Tulisan Afra Versi Comic StripIt: Gambar 1

Di gambar 1 Afra menulis ‘AKU SUKA SEMUA BENIH ATAU BIBIT’ sebanyak dua kali. ‘ADA 14 BENIH ATAU BIBIT’. Pengetahuan akan gambar 1 ini berkaitan dengan kelas berkebun yang diikutinya beberapa hari yang lalu. Yang menarik, Afra tidak memilih salah satu kata ‘benih’ atau ‘bibit’ saja, tapi dia tulis dua-duanya. Entah apa maksudnya.

image
Tulisan Afra Versi Comic StripIt: Gambar 2

Di gambar 2 Afra menulis ‘AYO PEGANG ROKET KALIAN ROKET AKAN SEGERA BERANGKAT’. Perhatikan bagaimana dia menghubungkan gambar dia memegang roket dengan ide roket berangkat. Dalam pikirannya, naik roket ga perlu di dalem roketnya kali, ya? 😀

image
Tulisan Afra Versi Comic StripIt: Gambar 3

Di gambar 3 Afra hanya menulis ‘badut jelek’. Lucu, karena panah tulisan arahnya dari si badut. Itu artinya si badut bilang sendiri kalau dirinya jelek. Padahal, itu pasti ekspresi ketidaksukaan Afra ke boneka yang terlalu besar.

image
Tulisan Afra Versi Comic StripIt: Gambar 4

Di gambar 4 Afra menulis ‘dia sholat asal asalan’
‘dia soalnya belum ngerti sholat’.
Pada gambar ini Afra sebenarnya menulis kejadian kalo dia ngajak adiknya sholat berjamah. Afra tidak menghubungkan gambar dengan tulisan. Adiknya tidak mengikuti gerakan orang di depannya, tapi sesuka sendiri. Saya dan ayahnya yang selalu bilang ke Afra kalau adik belum memahami sholat. Jadi, saat ada gambar ini, dia jadi berpikir dan menulis seperti di atas.

Ya, begitulah. Hal sederhana dapat menjadi alternatif untuk memberi bentuk dalam menulis. Dan menurut saya, pasti akan memberi rasa berbeda untuk Afra. Hmm, mungkin lebih segar, karena dia mengolah gambar atau mereview kejadian dan senyum-senyum sendiri saat menulisnya.[]

Belajar dan Bahagia

Membaca tulisan mba Andri pada tulisan sebelumnya mengenai kendala menulis, sepertinya kendala itu tidak hanya dimiliki seorang anak. Orang dewasa pun bisa mendapati kendala-kendala yang sama ketika menulis. Saya pun sering ada pasang surut semangat dalam menulis.

Begitu pula dengan belajar. Belajar apapun bisa menghadapi kendala. Kendala itu bisa dari luar maupun dari dalam diri.

Saya mengamati si sulung begitu malas belajar matematika ketika soal dituliskan di buku. Padahal yang perlu dia tuliskan adalah angka-angka sederhana. Bahkan ketika soalnya hanya lima pun, terlihat begitu enggan menulis. Padahal saya yakin, dia mampu menjawab semua soalnya.

Hasil diskusi dengan mba Andri, anak-anak memiliki kendala menulis bisa jadi karena kemampuan motorik halusnya memang belum sempurna. Menulis menjadi sebuah hal yang berat. Dengan beban itu, anak pun menjadi tidak bersemangat belajar matematika, padahal bukan matematikanya yang dia tak suka. Saya pun diberi saran coba kombinasi pembelajaran dengan tebakan kartu dan tebakan lisan.
Sukses!

Puluhan soal yang diberikan dapat dijawab dengan lancar, bahkan menjadi kebersamaan berkualitas dengan anak-anak. Anak pun bahagia dengan motede pembelajaran yang pas.

Lalu apa lagi? Bahkan saya pun ketika menulis sendirian sering sekali tidak bersemangat. Menulis bersama di blog seperti ini menyenangkan dan membangkitkan semangat menulis. Begitu pula dengan anak, tentunya belajar bersama lebih menyenangkan. Untuk anak-anak, teman memberikan aura positif dalam belajar. Ada teman, ada kompetisi, ada komunikasi diskusi dan humor.

Ah ya, saya pun belajar bagaimana caranya belajar 🙂

Kendala Menulis

Afra menulis bukan tanpa kendala. Ada tiga kendala yang pernah dihadapinya.
1. Waktu yang tidak tepat untuk menulis, lelah.
2. Tidak tahu harus mulai dengan kata apa.
3. Ide hilang di tengah jalan.
Kisah tentang ketiga kendala ini, lengkapnya sebagai berikut.

Tanggal 5 April 2015 lalu, Afra ikut kelas berkebun. Di kelas itu dikenalkan berbagai macam benih dan tiap anak diajarkan cara menanam 2 jenis tanaman dari benih. Afra senang sekali.

Saya meminta Afra untuk menuliskan kegiatan berkebun tersebut. Afra meng-iyakan tapi menunda menulis.

“Besok aja, Bu,”kata Afra.

“Pulang sekolah, terus ngaji, habis ngaji, nulis berkebun,” lanjut Afra.

Saya menyetujuinya. Esoknya, Afra pulang sekolah pukul 12.00 WIB, makan, sholat, persiapan ngaji, ngaji, pulang ngaji pukul 15.00 WIB. Setelah pulang ngaji itu, saya mengingatkan janjinya untuk menulis. Tapi, dia tidak berminat, dan menundanya lagi.

“Nanti malam aja, habis magrib,” kata Afra.

Saya katakan kalau menunda itu, bukan hal yang baik. Kita tidak tau, apakah nanti waktu itu luang untuk kita. Selagi bisa dikerjakan sekarang, lakukan sekarang. Akhirnya Afra mengambil buku tulis, menulis judul ‘Berkebun’. Tapi, sudah satu jam di buku tulis itu tidak ada tulisan lanjutan setelah judul Berkebun. Dia hanya mencoret-coret buku, membuat gambar. Seperti ini gambarnya.

image
Coretan Afra

Saya membiarkannya mencoret-coret sambil saya bertanya kegiatan Afra tadi pagi di sekolah. Wow, cukup padat mencatat hal kognitif, ternyata. Ada tugas agama menulis dan menjawab soal dari buku cetak agama sebanyak 35 butir soal terdiri dari soal pilihan ganda, mengisi titik-titik, dan uraian. Ada pula mencatat materi PKN. Belum lagi di pengajian nulis arab lumayan banyak. Kasian juga dia, batin saya. Sejak tadi menulis dan menulis di sekolah dan pengajian. Dia lelah, dan mencari hiburan dengan corat-coret. Tanpa terasa, setelah corat-coret sambil mengobrol, Afra rebah, dan kemudian tertidur.

Setelah magrib, Afra menunda tulisan berkebun lagi. Selidik punya selidik, ternyata Afra tidak tau harus menulis apa, jadi menunda. Akhirnya, saya arahkan dengan pertanyaan awal.
‘Berkebun itu apa?’
‘Kegiatannya ngapain aja?’

Saya katakan padanya kalau menulis itu bisa kita lakukan seperti menjawab pertanyaan terurut. Mulailah membuat daftar pertanyaan terurut, kemudian kita tulis jawabannya, baru dirangkai antar paragraf.

Dengan dua pertanyaan dari saya, dia mulai menulis. Di sela menulis tentang berkebun, tetiba Afra malah buat tulisan tentang adiknya. Tulisan tentang adiknya belum banyak, dia berhenti menulis, dan bercanda dengan adiknya yang lucu. Hari makin malam, akhirnya saya minta Afra untuk melanjutkan besok pagi saja. Afra menolak, dia ingin menyelesaikan sekarang. Dia ingin menulis tentang bentuk-bentuk benih dan warnanya. Saya tetap tidak ijinkan, dia harus tidur. Saya khawatir, besok di sekolah dia mengantuk.

Dan besoknya, Afra sudah tak bersemangat melanjutkan tulisan. Di sekolah padat aktivitas kognitif, menulis dan menjawab soal. Sampai hari ini, tulisan tentang berkebun hanya sampai di sini, dan sedikit tulisan tentang adik.

image
Tulisan Afra: Berkebun, Adik

Berkebun itu menanam tanaman. tapi ada cara untuk menanam. caranya pilih benih yang mau kalian tanam. lalu siapakan pot bunga. lalu kasih tanah. dan taruh bibit di dalam tanah. lalu kasih kulit padi yang sudah dibakar. lalu semprot. aku memilih benih edamame dan buncis. nah benih itu adalah biji yang siap ditanam. ada beberapa benih yang aku tau satu benih wortel dua benih kangkung tiga benih bayam empat benih padi lima benih kedelai enam benih buncis tujuh benih edamame.

adik
wakti dulu adik dia bilang 1+1=jawabannya 3. kalau dia main menang dan ketawa terus. nah dia terus nulis tapi asal asalan.

Begitulah, tiga kendala menulis. Solusi dari kendala tersebut adalah cari waktu yang nyaman untuk menulis, bisa mulai dengan menjawab pertanyaan terurut, dan jika ide sudah mengalir jangan dihentikan, nanti hilang.[]